aku adalah sebuah
lilin
Sebuah lilin yang biasa
Sangat biasa … !!
Tak cukup menarik untuk dibayar mahal dan diletakkan di tempat yang terpuji
Fungsiku juga seperti biasa, “memberikan cahaya…!”
Maaf…, bukan sepenuhnya…
Kadang aku juga difungsikan sebagai pelengkap dalam acara seremonial
Kadang juga sebagai penambah tekanan nuansa hati, seperti halnya “romatisme”
Aku hanyalah salah satu dari miliaran lilin yang ada dan pernah ada
Relatif…!! Itulah diriku, layaknya “ciptaan” yang lain
Tak ada yang “mutlak”
Seperti juga yang lainnya, aku memiliki awal dan akhir dan aku sangat terbatas
Saat ini, aku telah menyala…
Masih belum lama memang, jika dilihat dari ukuran panjang tubuhku juga lilin
seangkatanku
Sekali-kali nyalaku tertiup angin, menggelikan…!!
Aku menyala dan kebetulan aku dinyalakan untuk fungsi tertentu, kali ini adalah
sebagai “cahaya untuk belajar”
Tiga hari yang lalu aku dinyalakan sebagai mainan anak-anak, hal ini membuatku
sangat bosan
Dan sekitar tujuh hari yang lalu aku dinyalakan untuk mengeratkan plastik
pembungkus makanan
Terlihat sibuk memang, karena energiku ada pada puncaknya
Nyalaku pada panas-panasnya dan cahayaku terang
Fungsi-fungsi itu tak menarik buatku, karena banyak fungsi-fungsi yang lain
yang “menurutku” lebih berguna
Aku juga tak ingin menyia-nyiakan apa yang aku miliki
Aku ingin menjadi yang lebih berguna lagi
Aku ingin menjadi yang paling berguna dan yang paling berarti tanpa melihat
batas kemampuanku
Sampai tak terasa, aku terobsesi…!!
Aku mulai melihat sekelilingku
Aku melihat nyala lilin-lilin yang lain
Kali ini aku melihat temanku yang dinyalakan sebagai cahaya penerangan rumah
seseorang yang tak memiliki cukup uang untuk membayar tagihan listrik yang
terus naik
Aku ingin seperti dia…
“Betapa beruntungnya dia karena telah menjadi pahlawan dengan jasa yang tak
terkira, andaikan saja aku seberuntung dia”
Mataku mulai melirik pada saudara sepupuku, dia berada di atas kue berlapis
yang tingginya 50 cm dan dihiasi pernik-pernik indah. Dia dinyalakan sebentar
namun sangat berarti
Aku juga ingin seperti dia
“Andaikan aku yaang berada di sana, betapa pentingnya aku karena menjadi bagian
penting dari acara seremonial itu”
Sahabat karibku, menurutku dia adalah lilin yang kurang beruntung, dia menjadi
mainan anak-anak yang mungkin bisa membuatnya tampak berbahaya, tapi dia
terlihat selalu tersenyum dan menikmati, walaupun dia tak pernah naik fungsi
“Statis…!!” komentarku lirih
Aku memalingkan muka dari dia, karena aku tak tertarik menjadi seperti dia
Tapi sekali-sekali, tiap pandanganku melintasi dia, aku melihat cahayanya
menari-nari, “tari bahagia”
Aku mencoba melihat dari sudut lain
“Dia telah membuat anak-anak itu bahagia dan membantu seorang ibu dalam
menenangkan anaknya dari tangisan tanpa sebab"
Aku juga tertarik mejadi seperti dia
Juga lilin-lilin lain yang ada di sekelilingku, aku ingin menjadi seperti
mereka
Aku bingung…! Aku merasa tak mampu…! Bahkan aku merasa tak berdaya dan tak
berguna…!
Perasaan-perasaan itu membuat cahayaku semakin pucat, “aku tersiksa, dan aku
lupa akan diriku sendiri…!!”
Sampai suatu waktu kutemui sebuah lilin yang mengatakan padaku “Aku ingin
sepertimu…!”